Minggu, 31 Maret 2024

Koneksi Antar Materi Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 (bag.1.1j )

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Salam Sejahtera bagi bapak/ibu teman-teman CGP yang sempat membaca artikel saya. Perkenalkan saya Mukhlis M Guru UPT SMPN 2 Galesong Utara Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan penulis sekaligus salah satu CGP Angkatan 10 yang sudah 2 minggu ini mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP) dan saat ini dalam proses merampungkan modul 1.1. Dalam artikel  ini penulis akan memaparkan koneksi antar materi selama pembelajaran modul 1.1, kesimpulan serta refleksi. 

Kegiatan ini dimulai dengan melakukan sebuah refleksi diri sejauh mana penulis mengenal dan memahami Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD). Selama ini penulis hanya sekedar mengenal Ki Hajar Dewantara sebagai Simbolis Bapak endidikan Di Indonesiayang sering Penuiis dengar di seiap peringatan hari pendidikan nasional adalah 3 semboyan ki Hajar Dewantara yaitu  Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, danTut wuri handayani  . Ing Ngarso Sung Tulodo artinya nmenjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.

Oleh sebab itu, pada tahap awal ini, penulis berdialog dengan diri sendiri untuk menemukan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan peran  sebagai pendidik. Pada eksplorasi konsep penulis lebih  mendalami tentang  mengenal konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) dengan menyimak beberapa video menarik tentang, kondisi Pendidikan pada zaman kolonial, berikut beberapa catatan penulis.

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta, ia lahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Sebagai keturunanningrat, Soewardi kecil berkesempatan menempuh pendidikan bersama anak-anak bangsa Eropa di Hindia Belanda. Ki Hajar Dewantara kecil sekolah di sekolah dasar untuk orang Eropa, Eurepeesche Lagere School (ELS). Ia lalu melanjutkan pendidikan ke STOVIA, sekolah dokter bumiputera pada 1905.

Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan bercorak nasional bersama teman-temannya yang bernama Perguruan Nasional Tamansiswa (Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa). Perguruan ini menekankan pendidikan dengan rasa kebangsaan pada siswa. Para siswa ditanamkan rasa mencintai bangsa dan tanah air untuk berjuang memperoleh kemerdekaan.

Ia juga tetap aktif menulis dengan teman pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya yang mencapai ratusan buah tersebut menjadi dasar-dasar pendidikan nasional bangsa Indonesia. Setelah kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara sempat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama. Ia juga meraih gelar doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada pada 1957. Dua tahun kemudian, sang pahlawan pendidikan Indonesia wafat pada 28 April 1959 di Yogyakarta, dan dimakamkan di sana.


Berbicara tentang pendidikan di Indonesia, dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan, tidak hanya dari kurikulum tapi juga dari kebijakan-kebijakannya termasuk siapa saja  yang berhak mengenyam pendidikan disekolah. Jika kita kembali pada zaman kolonial belanda, Pendidikan kolonial bersifat intelektualis, materialis, dan elitis. Intelektualis dikarenakan rakyat pribumi yang mengenyam pendidikan colonial Belanda pasti keluar sebagai kaum intelektual yang jauh dari realita keadaan Hindia Belanda. Sifat intelektualis yang ada pada sarjana-sarjana pendidikan kolonial Belanda membuat mereka menjadi elitis dengan menjauhkan dirinya dari masyarakat. Andai kata Ki Hadjar Dewantara “Sarjana-sarjana tersebut seketika lulus dari tempat belajarnya tidak membuat merdeka sepenuhnya”. Mereka yang berhasil menyelesaikan pendidikanya kemudian menjadi pegawai pemerintah kolonial Belanda..  

Ki Hadjar Dewantara sebagaimana kita ketahui adalah bapak pendidikan nasional kita. Penekanan ajaran Ki Hadjar Dewantara adalah pada pendidikan yang memerdekakan individu tersebut kemudian secara tidak langsung akan memerdekakan bangsanya. Kemerdekaan individu yang dihasilkan dari pendidikan adalah luhurnya budi yang membuat anak dapat menentukan nasibnya sendiri dan berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain. Pemikiran tersebut lahir karena pendidikan kolonial pada masa beliau orentasinya sangat materialis dan tidak memerdulikan kemerdekaan anak tersebut.

Berikut beberapa jawaban penulis dari pertanyaan refleksi tentang  pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara :

1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari Modul 1.1 tentang pemikiran KHD saya memandang siswa itu harus mengikuti apa yang diinginkan oleh gurunya, contohnya  Kegiatan belajar selalu terpusat didalam kelas

  •  Siswa wajib  menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
  •  Guru kebanyakan menggunakan metode ceramah
  •  Guru jarang membuka diskusi dengan siswa
  •  Terlalu serius memberikan materi sehingga siswa menjadi tidak nyaman
  •   Guru tidak memilik sumber belajar selain buku paket
  •    Kurang memperhatikan kemampuan dan latar belakang siswa.
  •  Strategi dan Model Pembelajaran guru berlaku sama pada semua siswa di semua kelas
  •  Pembelajaran tidak berpusat pada siswa

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Hal-hal yang penulis dapatkan  setelah mempelajari modul ini adalah mindset yang berubah khususnya dalam membangun suasana pembelajaran di kelas yang lebih bervariasi, mencoba inovasi-inovasi dalam pembelajaran yang tentunya menyenangkan bagi anak didik. Saya tidak ragu lagi dalam mengemukakan ide dan gagasan tentang metode belajar, lebih banyak berkolaborasi dengan rekan sejawat. Adapun dari segi perilaku, penulis merasa lebih mandiri terutama dalam meng Up-Grade diri, memperbanyak sumber belajar dengan mengikuti berbagai pelatihan, webinar yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah  khususnya kementrian pendidikan dan kebudayaan. Penulis juga memandang siswa mempunyai bakat dan minat yang berbeda jadi memerlukan pendekatan yang berbeda agar tidak siswa yang ketinggalan dalam pembelajaran

3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Beberapa hal yang akan segera penulis terapkan tidak hanya di kelas tapi juga bersama rekan sejawat adalah kolaborasi antar mata pelajaran,bagi penulis kolaborasi ini adalah bentuk  kebebasan dalam berpikir dan mendesain pembelajaran yang menarik. Kolaborasi ini dalam bentuk mengefektifkan Musyawarah Guru Mata pelajaran, melakukan perencenaan bersama, Tim Theaching dalam Pembelajaran dan melakukan refleksi pembelajaran bersama yang tujuannya memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas. Selain itu pemetaan bakat minat potensi siswa akan sangat membantu untuk menentukan diferensiasi dalam pembelajaran, mulai dari proses, produk maupun content. Menjadi  pendidik dan pengajar yang ikhlas menuntun dan mendampingi siswanya dimanapun berada.



 

KESIMPULAN FILSOFIS PENDIDIKAN NASIONAL

Kihajar Dewantara seorang Bapak pendidikan yang memiliki pemikiran untuk kemajuan pendidikan. Menurut KHD Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.  Pada dasarnya pendidikan dan pengajaran adalah sesuatu hal yang berbeda dan tidak dipisahkan , pengajar adalah bagian dari pendidikan sedangkan pengajaran merupaka proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan hidup anak baik secara lahir maupun batin.Ki Hajar Dewantara mengibaratkan pendidik seperti seorang tukang kebun ataupun petani yang memiliki tugas hanya merawat tanaman sesuai kebutuhan dari masing – masing tanaman  agar menjadi tanaman yang tumbuh dan berbuah dengan baik tanpa harus menuntut tanaman yang ditanam menjadi tanaman yang berbeda.

Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki sociokulturan dimana norma social dan budaya yang sangat erat dan bisa di jadikan bahan ajar,  bahkan menurut Ki Hajar Dewantara. menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.

Dalam pembelajaran saat ini kodrat zaman bisa di realisasikan dengan pembelajaran Abad 21. Pada proses pembelajaran sebaiknya kita melihat keinginan anak untuk bermain,karna kodrat anak selalu ingin “bermain” jadi tidak salah jika anak SMP ataupun SMA masih memiliki jiwa untuk bermain, dan hendaknya guru bisa menyisipkan metode pembelajaran dengan permainan

Dari beberapa ulasan dan jawaban yang penulis paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagai Bapak Pendidikan Indonesia , Ki Hajar Dewantara menawarkan konsep pendidikan yang mengutamakan kasih sayang, membawa anak untuk lebih memahami dunianya karena setiap anak adalah individu yang unik dan tidak akan sama antara satu dengan yang lainnya. 


Takalar, 31 Maret 2024
Penulis

Mukhlis M
Guru UPT MPN 2 Galesong Utara Kab.Takalar
CGP Angkatan 10 Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 (bag.1.1j )

  Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Salam Sejahtera bagi bapak/ibu teman-teman CGP yang sempat membaca artikel saya. Perkenalkan ...